Sabtu, 03 November 2012

TUGAS 2 "TEORI DETERMINASI TEKNOLOGI DAN TEORI UTOPIA TEKNOLOGI"


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI




   Disampaikan untuk memenuhi tugas matakuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi.
   Jurusan ilmu komunikasi (Fisip)

Dosen Pembimbing : Mas Agus Firmansyah, S.Sos, M.Si

Oleh   :
YURISKA
D1E010080



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
  


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul.


Teori Deteminasi Teknologi dan teori Utopia Teknologi

Pertimbangan penyusunan makalah ini, karena untuk menyelesaikan tugas PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI  dan ingin mengantarkan pembaca agar lebih mengenal tentang pekembangan teknologi komunikasi.

Melalui makalah ini kami harap dapat meningkatkan kemampuan pembaca sesuai dengan potensinya, baik diranah kognitif, efektif,maupun psikomotorik, sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna dn bermanfaat bagi kita semua.
 


Penyusun,



          2012






BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi adalah penggunaan yang efesien dari ilmu, keterampilan dan bahan untuk memproduksi suatu benda yang lebih berkwalitas.dalam teknologi penggunaan pikiran dan tangan merupakan alat yang efektif untuk menciptakan suatu barang, dengan kerja sama ini manusia yanglemah dan tidak mampu bertahan hidup akan mampu membuat perrtahanan yang lebih baik lagi.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akardari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Pengertian komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar) melalui suatu channel (saluran) serta menghasilkan feedback (umpan balik). Komunikasi diartikan secara luas sebagai suatu proses untuk berbagi pengalaman.
Jika diamati kemajuan teknologi secara keseluruhan maka teknologi itu sendiri terus berkembang terus dan terus. Mulai dari perkembangan teknologi budaya sampai teknologi komunikasi. Sekarang teknologi berkembang secara otomatis dan pesat, dari mulai yang kecil, medium sampai yang high tech.kemajuan teknologi sangat membantu manusia serta mempengaruhi kehidupan individu, sosial dam kebudayaan. Teknologi bukan hanya menjagkau benda yang bersifat materil tetapi juga benda yang non materil seperti: ide, gagasan, cita-cita dan norma dst. Dalam lingkup benda non materil peranan benda-benda instrumen sangat penting seperti isyarat dan simbol, bahasa merupakan suatu sistem dari simbol.
Teknologi komunikasi adalah teknologi elektronika yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan kwalitas komunikasi (informasi) serta arus percepatan komunikasi (informasi) tidak mungkin lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Teknologi berasal dari bahasa latin texere yang artinya membangun. Jadi teknologi merupakan penyempurnaan teknologi yang pernah ada secara berkesinambungan dari waktu kewaktu.

BAB II
PEMBAHASAN

Teory Determinasi Teknologi

Determinisme teknologi dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak di luar kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan internet. Tanpa ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa saja. Tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia jadi sangat tergantung.

Pencetus teori determinisme teknologi ini adalah Marshall McLuhan pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi  membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia. Contohnya dari masyarakat yang belum mengenal huruf menjadi masyarakat yang canggih dengan perlatan cetak maupun electronik. Inti determinisme teori yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, budaya kita dibentuk dari bagaimana cara kita berkomunikasi.

Perubahan pada mode komunikasi membentuk suatu budaya dengan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya
2. perubahan didalam jenis-jenis komunikasi membentuk kehidupan manusia
3. peralatan untuk berkomunikasi mempengaruhi kehidupan kita sendiri

Dengan dilaluinya ketiga tahapan di atas, maka akhirnya peralatan tersebut membentuk atau mempengaruhi kehidupan manusia. Selanjutnya akan terjadi beberapa perubahan besar yang terbagi dalam empat periode/era, yaitu dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini :

Pertama, era kesukuan atau the tribal age. Pada periode ini, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Mengucapkan secara lisan berupa dongeng, cerita, dan sejenisnya.
            Kedua, era tulisan atau the age of literacy. Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan, melainkan mengandalkan pada tulisan.
            Ketiga, era cetak atau the print age. Masih ada kesinambungan dengan alfabet, namun lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak.
            Keempat, era elektronik atau the electronic age. Contoh dari teknologi komunikasi yaitu telephon, radio, telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga manusia seperti hidup dalam global village.
           
 Teknologi komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 : 344) disebut nothing remains untouched by communication technology. Dan dalam perspektif McLuhan, bukan isi yang penting dari suatu media, melainkan media itu sendiri yang lebih penting atau medium is the message.

Determinisme teknologi media massa memunculkan dampak. Media massa mampu membentuk seperti apa manusia. Manusia mau diarahkan pada kehidupan yang lebih baik media massa punya peran. Namun demikian, media massa juga punya andil dalam memperburuk keberadaan manusia itu sendiri.

Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu ,
Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.
     
       Solusi agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang humanis.

Teori ini pada media massa dan kebudayaan, memiliki dua kelemahan pokok yaitu :

1.       Teori ini hanya memandang satu aspek tertentu media yaitu bentuk material atau tekonologi sebagai karakter pokok dan sangat menentukan.
2.       Pandangan teori ini hanya berdasarkan peristiwa historis dan pengalam yang dialami dunia barat.



Teory Utopia Teknologi
            

masyarakat ideal imajiner yang mempunyai peranannya di masa sekarang (Utopias proper) .Berdasarkan hasil analisa Manuel dan Kumar dalam Napier (1996:145), ada dua paradigma utopia tradisional yakni city-state (negara kota), dari naskah Yunani kuno karya Plato, Republic, yang dikombinasikan dengan kota yang sangat menyenangkan dalam tradisi Judeo-Kristiani. Kombinasi ini memunculkan konsep negara kota yang direncanakan dengan seksama, ideal dan bahkan statis.
 Paradigma kedua adalah utopia pastoral, yang merupakan kombinasi dari Arcadia Yunani dan surga pada masa pra -Lapstarian Eden dari Alkitab. Paradigma utopia pada kesusastraan Jepang, diadopsi dari Cina. Paradigma Cina memandang utopia tradisional berdasarkan dua pendekatan lain yakni konfusianisme dan taoisme. Tradisi konfusius mengajarkan penegakkan aturan dan hirarki agar terbentuk manusia yang sempurna. Doktrin ini dapat terlihat dengan jelas dalam jaman keemasan pangeran Chou (Napier, 1996:145). Konfusianisme dijadikan landasan moral dan hukum oleh pemerintahan Tokugawa (1603-1867), maka tak heran jika paradigma utopia Cina mudah diserap oleh Jepang.
Hegel membagi fiksi tradisonal Cina kedalam enam divisi utama (1994:396), salah satunya adalah kisah fantastik dan dongeng supernatural yang menceritakan tentang enam dinasti (220-589) dan periode dinasti Tang (618-906) yang dikenal dengan zhiguai (records of anomalies). Ini menunjukkan bahwa kisah fantastik bukanlah hal baru lagi dalam fiksi tradisional Cina. Contohnya adalah Classical Chinese Tales of the Supranatural and the Fantastic yang diedit oleh Karl S.Y.Kao tahun 1985 dan The major Six Dinasties compilation of anecdots oleh Richard B.Mather tahun 1976 (Hegel, 1994:411).
Dilihat dari perspektif sejarah kebudayaan, Jepang tidak memiliki pandangan utopia. Dalam Kojiki, naskah Shinto yang pertama, surga tempat tinggal dewa secara moral maupun politik tidak lebih mulia dari pada dunia atau tempat tinggal di bumi (Napier,1996:145). Dua paradigma utopia versi Cina lebih mudah diserap oleh Jepang karena pada masa pra-modern, Jepang sangat didominasi oleh Cina. Salah satu alasan mengapa utopia versi barat tidak ada adalah adanya pengaruh yang kuat dari kultur dan intelekual.


REFERENSI :

Daftar Pustaka
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003, page 341—354